A. Sistem
Tata Kota Ternate
1. Geografis
dan Topografis
Secara geografis Kota Ternate terletak antara 20030’
–200 35’ Bujur Timur dan 0047’ –0050’ Lintang
Utara dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku Sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Halmahera, Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Makian Sebelah
Barat berbatasan dengan Laut Maluku. Luas seluruh wilayah administrative adalah
132,09 Km2 yang terbagi kedalam tiga kecamatan masing-masing:
Kecamatan Ternate Utara seluas: 23, 68 Km2 Kecamatan Ternate Selatan
seluas: 31,95 Km2 Kecamatan Pulau Ternate Seluas: 76,46Km2
Disamping itu apabila dilihat dari aspek teritorialnya maka Kota Ternate
merupakan gabungan dari beberapa gugus pulau yaitu: Pulau Ternate seluas Pulau
Hiri seluas Pulau Mayau seluas : 92, 12 Km2: 6,68 Km2: 8,50 Km2.
2. Perkembangan
penduduk Kota Ternate
Selama lima tahun terakhir mengalami kecenderungan
peningkatan khususnya diwilayah Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate
Utara. Peningkatan ini disebabkan faktor urbanisasi maupun migrasi dari kawasan
pulau Halmahera dan regional antara lain dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Ambon bahkan dari Jawa. Meningkatnya arus urbanisasi dan migrasi diakibatkan
oleh semakin terbukanya arus transportasi laut yang menghubungkan Kota Ternate
dengan hiterlandnya dan beberapa kota lainnya dalam kawasan regional.
Jumlah penduduk pada tahun 1998 dalah 115.609 Jiwa
yang tersebar ditiga wilayah kecamatan, masing-masing: Kecamatan Ternate Utara
Kecamatan Ternate Selatan Kecamatan Pulau Ternate: 45.139 Jiwa: 52.332 Jiwa:
18. 138 Jiwa Kepadatan rata-rata penduduk Kota Ternate adalah 875 Jiwa/Km2
dimana kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Ternate Selatan yaitu 1.906 Jiwa/Km2,
kemudian Kecamatan Ternate Utara 1.637 Jiwa/Km2 dan Pulau Ternate
237 Jiwa/Km2 .
3. Potensi
Ekonomi Ternate
a.
Pertanian.
Potensi terbesar disektor pertanian terdapat pada sub sektor perkebunan dan
perikanan kemudian sub sektor tanaman pangan/holtikultura dan peternakan.
Produksi perkebunan rakyat yang menonjol adalah kelapa, cengkeh dan pala,
disamping coklat, casiavera dan komoditas lain dapat dikembangkan vanilla dan
lada. Data menunjukan bahwa luas areal potensial perkebunan ± 7.355 Ha,
sementara yang sudah manfaatkan/ ditanami adalah ± 3.352 Ha yang terdiri dari :
Tanaman Kelapa Tanaman Pala Tanaman Cengkeh Tanaman Coklat Tanaman Casiavera
Tanaman Lada/Vanili - 1.352 Ha - 549 Ha - 1.268 Ha 8 Ha 99 Ha 77 Ha.
Oleh karena asset ekonomi ini merupakan milik
rakyat dan pada saat seluruh bangsa diterpa badai krisis ekonomi, justru pada
sektor ini tidak tersentuh sama sekali. Bahkan fluktuasi harga mengikuti
pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena komonitas tersebut
berakses ekpor. Sub sektor perikanan menduduki posisi penting bagi kehidupan
masyarakat karena rata-rata pemukiman penduduk adalah berada di pesisir pantai
dan sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup pada usaha ini.
Melihat
potensi laut diwilayah Kota Ternate seluas 339.37 Km2 maka
kemungkinan pengembangan usaha perikanan akan menjadi salah satu andalan bagi
kehidupan ekonomi rakyat. Sub sektor pertanian lain yang perlu dikembangkan
Tanaman Palawija dan Holtikultura, satu dan lain karena pemasaran local sangat
potensial sejalan dengan pertambahan penduduk Kota Ternate.
b.
Perdagangan
dan Industri disamping sebagai Ibukota Ternate sejak lama telah berkembang
menjadi Kota Perdagangan, hal ini ditandai dengan semakin tumbuhnya kegiatan
usaha berskala menengah dan kecil. Berkembangnya sector ini karena didukung
oleh sejumlah fasilitas jasa perdagangan seperti: Pasar Umum Pasar Ikan Pasar
Hewan Bank Toko/Kios Koperasi Terminal Hotel/Penginapan Pelabuhan samudera/
Pelabuhan Rakyat/ Pelabuhan Ferry.
Tersedianya
berbagai fasilitas jasa perdagangan dan perhubungan tersebut memungkinkan
berkembangnya usaha industri walaupun dalam skala menengah dan kecil. Terdapat
4 (empat) unit usaha industri menengah dengan fasilitas PMDN dan industri kecil
sebanyak 327 unit.
4. Strategi
Program Pembangunan Ternate Sebagai Kota Perdagangan Dan Wisata
Salah satu
factor yang menyebabkan adanya perbedaan laju pertumbuhan antar daerah, desa
dan kota adalah di akibatkan adanya perbedaan infra struktur kota dengan
pertumbuhan yang tinggi, sementara daerah dengan tingkat pertumbuhan yang
relatif rendah.
Kota Ternate
memiliki sejumlah fasilitas dan infrs struktur perkotaan yang relatif memadai
dibandingkan dengan kota – kota yang berda dikawasan Maluku (selain Ambon)
dengan posisi geografis menjadikan Ternate merupakan salah satu “gate” masuk –
keluar barang, jasa dan manusia yang berakses local, regional dan
internasional. Kondisi ini telah menjadikan Ternate sebagai “ Kota Perdagangan”
yang relatif ramai dikawasan Maluku bagian Utara dan akan lebih sinergi jika
potensi pariwisata berupa tinggalan budaya dan sejarah dapat dikembangkan
secara maksimal.
Strategi
Program-Strategi Program Pembangunan Kota Perdagangan dan Wisata diarahkan pada
upaya untuk lebih meningkatkan poduktivitas, sehinggga mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan
penyediaan lahan perkotaan dn penyiapan infra struktur perdagangan dan
pariwisata yang memadai.
Arah dan
tujuan dimaksud adalah meliputi :
a.
Mempersiapkan dan menyediakan lahan
perkotaan dengan berbagai fasilitas jasa perdagangan dan wisata yang
memungkinkan tumbuhnya ekonomi kota.
b.
Meningkatkan infra struktur perkotaan (sarana
dan prasarana) sehingga mampu mendorong dan memperlancar arus barang dan jasa
serta angkutan manusia.
c.
Memperluas jangkauan pasar produk dalam negeri
dan ekspor dengan jalan meningkatkan daya saing produksi melalui peningkatan
efesiensi, kualitas dan diversivikasi produk.
d.
Mendorong dan membantu pengembangan industri
kecil, koperasi, usaha rumah tangga serta usaha informal melalui pembinaan
menejemen, pelatihan dan penyuluhan.
e.
Memacu peran serta aktif masyarakat
untuk mendorong perkembangan kepariwisataan yang diarahkan pada Wisata Sejarah,
budaya,agro wisata dan maritime.
Secara umum sasaran STRAPO
Pembangunan Ternate sebagai Kota Perdagangan dan Wisata adalah :
- Tersusunnya
skenario pengembangan program kota yang merupakan elaborasi kemampuan,
potensi ekonomi dan keuangan kota.
- Mengidentifikasi posisi wilayah
perencanaan kota dalam suatu system perekonomian local dan ragional
terkait melalui konsep strategi makro.
- Meningkatkan nilai ekonomis bagian-bagian
kota (termasuk pulau-pulau) guna mendukung pertumbuhan ekonomi kota secara
keseluruhan.
- Memanfaatkan
dan mengembangkan potensi pariwisata yang merupakan “push and pull factor
“ menuju kota yang berbudaya.
Kebijaksanaan Program yang dilakukan
guna mewujudkan “ Misi Kota Perdagangan dan Wisata “ tersebut adalah :
- Meningkatkan
dan memperluas infra struktur perekonomian yang esensial (pasar,terminal
dan perluasan dermaga )
- Relokasi pengembangan kawasan perdagangan
sesuai kawasan peruntukan lahan perkotaan yangtelah di “adjusted”.
- Peningkatan Pelayanan jasa angkutan udara
(penambahan kapasitas dan frekuensi angkutan udara).
- Revitalisasi fungsi kawasan sentral
ekonomi bagian Utara, Selatan dan Pulau Ternate.
- Revitalisasi fungsi kawasan sentral kota
yang diprioritaskan sebagai kawasan perdagangan utama.
- Mendorong peran investor local, regional,
nasional bhkan internasional yang memiliki keterkaitan dengan upaya
pemberdayaan masyarakat akibat kerusuhan dengan memanfatkan pengusaha
kecil, menengah dan koperasi yang bertumpu pada penguatan fundamental
ekonomi rakyat.
- Penelitian, inventarisasi dan
pengembangan obyek-obyek wisata dengan melibatkan peran serta dunia usaha
swasta.
- Memanfatkan
secara optimal obyek-obyek wisata yang tersedia melalui peningkatan
promosi dan pemasaran secara terencana dan terpadu.
- Meningkatkan mutu menejemen pelayanan
jasa kepariwisataan yang profesional melalui pendidikan, pelatihan,
pemagangan serta pembinaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana
pendukung pelayanan jasa kepariwisataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar